Pemandangan Lingkar Nagreg Menggoda Pengendara ~ HTML Cimahi

Minggu, 04 September 2011

Pemandangan Lingkar Nagreg Menggoda Pengendara

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
TERLEPAS dari aturan yang membolehkan atau tidak, berhenti di kawasan Jalur Lingkar Nagreg memang sangat menarik. Karena selain banyak pemandangan indah yang dirasakan masih baru bagi pengendara, juga hingga sekarang ini belum ada rambu-rambu pengatur di sepanjang Jalur Lingkar Nagreg yang panjang sekitar 4,5 kilometer itu. Sementara di pinggiran jalannya ada beberapa titik yang dibuat lebar dan kerap dijadikan rest area oleh pengendara.

Banyaknya pengendara baik roda dua maupun roda empat yang menjadikan beberapa titik yang pinggiran jalannya lebar di Jalur Lingkar Nagreg terlihat saat arus balik H+2 mudik Lebaran. Ketika itu tak sedikit pengendara yang memanfaatkan suasana istirahatnya selain minum dan menghisap sebatang rokok juga mengabadikannya dengan berfoto dengan latar belakang gunung atau tebing yang menjadi pagar jalan.

Seperti dikatakan Rahmat (32) warga asal Tasikmalaya yang tinggal di Jakarta ini sengaja berhenti di Jalur Lingkar Nagreg. Padahal pengendara sepeda motor matic bernopol leter B yang membonceng istri dan seorang anaknya ini berangkat dari Tasikmalaya tidak langsung menuju Jakarta, tapi akan singgah semalam di rumah saudaranya yang ada di Bandung.

"Ya sengaja berhenti di sini, karena ingin melihat dan merasakan suasana jalan baru. Dan memang pemandangannya bagus," kata Rahmat kepada Tribun, Jumat (2/9) sore.

Tak hanya itu di Jalur Lingkar Nagreg yang dibangun sejak 2007 dengan total biaya sekitar Rp 900 miliar itu juga mempunyai pemandangan yang memperlihat jembatan kereta api. Kebetulan di kawasan yang bisa melihat jembatan kereta api itu juga terdapat pinggiran jalan yang lebar sehingga banyak digunakan pengendara sebagai rest area.

Keinginan pengendara untuk menunjukkan diri telah melewati Jalur Lingkar Nagreg itu rupanya tidak hanya dilakukan di titik-titik yang punya pinggiran jalan lebar. Di dalam jalur semi terowongan yang panjangnya sekitar 400 meter dan tidak memiliki pinggiran jalan dengan atap lajur-lajur beton itu juga dimanfaatkan beberapa pengendara roda dua untuk mengabadikan diri dengan berfoto-foto. Padahal berhenti di dalam lajur semi terowongan ini sangat berbahaya.

Kondisi suasana yang menjanjikan bakal disinggahi pengendara ini juga sejak sebelum musim arus balik mudik, sudah memancing pedagang untuk bisa berjualan di beberapa titik pinggiran jalan yang lebar itu. Padahal sebelumnya saat jalur ini akan dioperasikan Pemkab Bandung sebagai pemerintah yang punya kewenangan untuk mengaturnya menyatakan larangan bagi pedagang untuk berjualan di kawasan Jalur Lingkar Nagreg.

Dari pantauan Tribun Jabar, sejak memasuki Jalur Lingkar Nagreg dari arah Garut/Tasikmalaya terdapat sekitar 4 titik pinggiran jalan yang lebar. Di setiap titik itu terlihat berdiri 7 sampai 10 tenda pedagang dan bengkel tambal ban. Di titik pertama yang menawarkan pemandangan pertemuan dua jalur (dari arah Garut dan Tasikmalaya) Lingkar Nagreg dan indahnya pemandangan gunung yang menjulang tinggi serta tebing di sisi lainnya, terdapat sekitar 7 tenda pedagang. Mereka mendirikan tenda dengan rangka bambu dan dinding anyaman bambu (bilik) serta atap daun kelapa.

"Lumayan rame, karena sekarang musim mudik," tutur Mela (32) salah seorang pedagang di kawasaan Jalur Lingkar Nagreg kepada Tribun, Jumat (2/9) sore.

Dalam sehari selama musim mudik ini diakui Mela, lebih dari 10 orang yang singgah dan jajan di warungnya. Warungnya yang didirikan sejak beberapa hari sebelum Lebaran itu dikatakan setiap harinya buka 24 jam.

"Kami buka 24 jam untuk selama musim mudik ini. Soalnya pengendara selalu banyak yang lewat sini," katanya.

Ditanya soal adanya larangan berdagang di kawasan itu, Mela mengaku hanya bisa pasrah. Namun ia juga tetap mengharapkan agar pemerintah bisa memberikan kebijakan yang mampu meningkatkan kehidupan ekonomi masyarakat sekitar. "Ya mau bagaimana lagi kalau dilarang. Tapi saya harap tidak dilarang agar masyarakat bisa mendapat penghasilan untuk kebutuhan hidupnya," ujarnya. (ddh)

0 komentar:

Posting Komentar