7 legenda para Pendekar Kungfu sepanjang jaman ~ HTML Cimahi

Sabtu, 10 September 2011

7 legenda para Pendekar Kungfu sepanjang jaman

Kungfu adalah ilmu bela diri dari Tiongkok. Akan tetapi, arti kata kungfu yang sebenarnya memiliki makna luas, yakni sesuatu yang didapat dalam waktu yang lama dan dengan ketekunan yang sungguh-sungguh.

Kungfu mempunyai sejarah dan tradisi ilmu bela diri yang sangat panjang, ketat, teruji dan efektif sejak 5000 tahun yang lalu bersamaan dengan munculnya aliran kepercayaan Dao (Taoisme) yang kelak akan berkembang menjadi agama khusus. Pada tahun 2500-an, mulai bermunculan berbagai aliran Kungfu yang melegenda hingga kini, dimulai dari Kuil Shaolin (Siaw Liem Sie), Wudang (Butong), Omei (Emei-Gobi), Kun Lun, Huasan, Thian San, Khongtong dan lain-lain. Secara umum, terdapat 100 lebih aliran Kungfu dan ribuan jurus serta berbagai jenis ilmu yang unik dan aneh, mulai dari yang paling keras dan ganas (external arts) hingga ilmu yang paling lembut dan ringan seperti kapas .

Berikut ini adalah 7 legenda para Pendekar Kungfu sepanjang jaman :

1. Bodhidharma

 


Beliau adalah pendeta spiritual Zen Budha dari India yang bertapa 9 tahun  di Kuil Shaolin dan Pencipta berbagai jenis ilmu legendaris seperti :  Ilmu Perubahan Urat & Otot (Yi Jin Jing/I Chin Ching), 9 Matahari (Kiu Yang Cin Keng),  5 Jurus Hewan, Jari Zen, dll. Namun sayangnya, beberapa diantara ilmu tersebut sudah lenyap. Konon pada saat menyebrang lautan hingga ke Tiongkok,  Beliau hanya berdiri diatas sebatang dahan kecil dan gua tempat pertapaan Bodhidharma meninggalkan bayangan lekuk tubuhnya pada saat bermeditasi di tembok gua hingga kini. Selama bermeditasi 9 tahun  di gua tersebut, Bodhidharma mampu mendengar pembicaraan  berbagai jenis mahluk hidup seperti semut misalnya.

2. Thio Sam Hong



Di masa mudanya, Thio Sam Hong adalah murid yang sangat berbakat   di Kuil Shaolin. Karena diberlakukan semena-mena oleh para senior,  Beliau keluar dari Kuil Shaolin dan belajar mengembangkan Kungfu sendiri  dengan memperhatikan berbagai fenomena alam seperti terpaan angin keras  terhadap pohon bambu, pertarungan bangau dan ular,  kokohnya pertahanan belalang sembah dari terpaan angin dan lain-lain.  Setelah mengerti & memahami Intisari Alam Semesta, Thio Sam Hong muda  menyepi di gunung Hua San untuk menyempurnakan ilmu-ilmunya.  Pada saat Beliau turun gunung, Beliau menjelajahi seluruh Tiongkok  dan mengadu ilmunya dengan para Ahli Bela Diri dan/atau Pendekar semua aliran.

Berdasarkan literatur kuno, tercatat 2 pertarungan yang sangat terkenal, yakni pertama adalah pertarungan antara Thio Sam Hong dengan Pegulat Nomor 1 (Satu) Mongol yang sangat besar, kuat dan agresif. Belakangan diketahui pula  bahwa Pegulat tersebut juga sangat ahli dalam berbagai aliran Kungfu Tiongkok. Pegulat Mongol tersebut konon mengalahkan banyak petarung Kuil Shaolin dan sejumlah Pendekar aliran keras lainnya. Pertarungan antara Thio Sam Hong dengan Pegulat Mongol tersebut dimenangkan oleh Thio Sam Hong dengan ilmu barunya, Tai Chi! Pertarungan kedua adalah seorang diri Thio Sam Hong mengalahkan lebih dari 100 orang gangster di sarang penyamun hanya dengan tangan kosong! Semenjak itu, Thio Sam Hong diakui oleh seluruh kalangan persilatan menjadi Pendekar Tanpa Tanding pada saat itu. Setelah merasa cukup dalam perantauanya, Beliau naik ke gunung Wudang (Butong) dan mendirikan Perguruan Wudang dengan basis utama pengajaran : Taoisme. Thio Sam Hong sendiri diyakini merupakan Pencipta Ilmu Tai Chi pertama dan sangat Ahli dalam Ilmu Tao Yin (Nei Kung). Konon Thio Sam Hong hidup di 3 (tiga) jaman (Immortal Taoist)dinasti,yakni
Dinasti Sung, Dinasti Yuan (Monggol) dan Dinasti Ming (Han).

3. Yue Fei



Beliau adalah Jenderal Patriot yang terkenal dari Dinasti Sung (960-1279) dan hingga akhir hayatnya tetap setia membela negara walaupun difitnah dan dihukum mati oleh penguasa lalim. Jenderal Yue Fei adalah pencipta Kungfu Internal dan eksternal, yakni : Hsing - I (Xing Yi) dan Eng Jiaw (Cakar Elang). Selain ahli dalam pertarungan tangan kosong, Jenderal Yue Fei juga ahli dalam 18 senjata Shaolin khususnya tombak tunggal. Konon ilmu tombaknya setara dengan ilmu tombak Keluarga Yang. (Ilmu tombak Keluarga Yang merupakan ilmu silat keluarga turun temurun yang sangat khas dan tinggi serta hanya sedikit Ahli/Pendekar yang mampu menandingi ilmu mereka pada jamannya)

Berdasarkan catatan kuno, diketahui bahwa ilmu tombak tingkat tinggi Keluarga Yang mempunyai sejumlah keistimewaan, yakni : Ilmu Tombak Melekat/Berpilin dan Ilmu Tombak (Toya) Naga Perkasa yang mampu melumpuhkan/membunuh lawan tanpa menyentuh fisik. Catatan : Keluarga Yang merupakan patriot sejati Dinasti Sung yang tetap setia hingga akhir kejatuhan Dinasti Sung oleh Monggol). Kungfu Hsing I sendiri sempat lenyap dari dunia persilatan pasca meninggalnya Jenderal Yue Fei hingga sampai ditemukan kembali Kitab Kungfu Hsing I peninggalan Jenderal Yue Fei menjelang akhir Dinasti Ming oleh Ji Long Feng (Ji Jike). Kemudian Ji Long Feng menurunkan Kungfu Hsing I ke Keluarga Ma, Cao Ji Wu dan lain-lain hingga akhirnya muncul Kuo Yun Shen dan Sun Lutang sebagai ahli-ahli Kungfu Hsing I yang luar biasa.

4. Lima Leluhur Shaolin


Pasca pembakaran Kuil Shaolin dalam pertempuran kedua antara para pendeta Kuil Shaolin dengan 50.000 Tentara Qing bersenjata lengkap dan modern yang dibantu para Lhama Tibet dan Praktisi Pak Mei (White Eyebrow). Kelima leluhur tersebut adalah :

a) Choi Tak-Chung (蔡德忠)
b) Fong Tai-Hung (方大洪)
c) Ma Chiu-Hing (馬超興)
d) Wu Tak-Tai (胡德帝)
e) Lee Sik-Hoi (李式開)

Berdasarkan literatur lama, disebutkan bahwa Kuil Shaolin hancur total dan terbakar selama 40 hari 40 malam dalam serangan tersebut. Seluruh catatan kuno ribuan tahun termasuk sejumlah ilmu Kungfu legendaris dan senjata pusaka hilang atau habis terbakar.
Dari ribuan pendeta dan non pendeta Shaolin, hanya 5 orang yang lolos dari serangan tersebut dan kemudian mereka menyebar keseluruh Tiongkok sembari menyebarkan Shaolin Kungfu serta perlawanan anti Dinasti Qing. Kehancuran Kuil Shaolin diakibatkan oleh adanya pengkhianatan oknum Shaolin yang ternyata adalah antek-antek Dinasti Qing yang menyusup dan menabur racun diberbagai titik sumber air dan makanan para Bhiksu. Pada saat serangan kedua tersebut, kondisi fisik yang keracunan telah menyebabkan hilangnya kemampuan bertarung para Bhiksu dan Non Bhiksu Shaolin. Dalam pertarungan pertama, para Petarung Kuil Shaolin berhasil mengusir puluhan ribuan tentara Dinasti Qing yang bersenjata lengkap. Kegagalan dalam serangan pertama tersebut, membuat Kaisar Qing di puncak kemarahan. Sang Kaisar mengumpulkan tentara-tentara terbaik dari setiap legiun dan merekrut seluruh ahli bela diri Kungfu (termasuk para Lhama Tibet dan Praktisi Pak Mei) yang loyal kepada Dinasti Qing untuk bersama-sama menyerbu Kuil Shaolin serta menpersiapkan strategi penyusupan/perusakan dari dalam Kuil Shaolin. Dikemudian hari, 5 Leluhur Shaolin ini identik pula dengan 5 Tokoh Utama yang terkenal, yakni :

a) Hung Hei-Koon 洪熙官 Hóng Xīguān/Hung Hei Gun

Pencipta Kungfu Hung Gar Hung Hei Koon adalah murid utama dari Bhiksu Gee Sin Sim See. Beliau terkenal sebagai Ahli Gung Gee Fok Fu Kuen (Siu Lum Fook Fu Kuen) dan Cakar Harimau Sejati. Jurus cakar harimaunya terkenal sangat ganas dan bertenaga. Kebanyakan korban keganasan jurus Hung Hei Koon adalah para tentara Qing dan antek-antek Manchu.

b) Lau Sam-Ngan 劉三眼 Liú Sānyǎn/Lau Sam Ngan

Pencipta Kungfu Lau Gar Beliau dikenal dengan julukan “Lau si 3 Mata”

c) Choi Kau-Yee 蔡九儀 Cài Jiǔyí/Choy Gau Yi

Pencipta Kungfu Choi Gar

d) Lee Yau-San 李友山 Lǐ Yǒushān/Li Yau San

Pencipta Kungfu Lei Gar. Beliau adalah Guru dari Chan Heung, Pencipta Kungfu Choi Lei Fut

e) Mok Ching-Kiu 莫清矯 Mò Qīngjiǎo/Mok Ching Giu

Pencipta Kungfu Mok Gar

5. Wong Fei Hung



Beliau adalah Ahli Kungfu, Pendiri Rumah Obat Pho Chi Lam dan sekaligus Shinshe Akunpuntur yang sangat terkenal dengan berbagai jenis ilmu Kungfu seperti : Ilmu Pasangan Harimau dan Bangau, Tendangan Tanpa Bayangan, Toan Ta, Toya 8 Diagram dan lain-lain. Murid-murid Beliau yang sangat terkenal antara lain : Lam Sai Wing, Leung Fong, Tang Fung dan Lin Wan Gai.

Wong Fei Hung merupakan anak dari Wong Kei Ying, salah satu Pesilat terkenal dari “10 Harimau Kanton”. Pada masa hidupnya, Wong Fei Hung terkenal dengan berbagai pertarungan baik dengan para pesilat lokal maupun petarung asing demi mempertahankan “China’s Pride” yang pada saat itu jatuh hingga ke titik terendah. 2 (Dua) pertarungan yang sangat terkenal adalah pada saat Wong menjatuhkan lebih dari 50 orang pesilat gangster/bajak laut di pelabuhan hanya dengan sebatang toya dan pertarungan kedua adalah pada saat Beliau bersama dengan Liu Yong Fu berperang langsung dengan tentara Jepang di Taiwan. Beliau sendiri merupakan murid langsung dari Pengemis Sakti So (Beggar So), Lam Fuk Sing dan ayahnya sendiri yang notabene adalah anak dari Wong Tai, murid langsung Luk Ah Choi, Ahli Kungfu Hung Gar dan sekaligus murid langsung dari pendeta Shaolin terkenal : Gee Sin Sim See, Li Bak Fu  dan  Hung Hei Koon.

6. Ip Man


Ip Man atau Ip Kai Man lahir di Foshan, Guangdong, China, 1 Oktober 1893 – meninggal di Hong Kong, 2 Desember 1972 pada umur 79 tahun, lebih dikenal dengan Guru Besar Ip Man adalah praktisi ilmu bela diri Cina pertama yang mengajarkan Wing Chun secara terbuka. Dia memiliki beberapa murid yang kemudian menjadi guru bela diri independen diantaranya Kwok Fu, Lun Kai, Ip Chun, Ip Ching, Leung Sheung dan juga Bruce Lee.

Ip Man lahir di Foshan, provinsi Guandong pada tahun 1893 masa pemerintahan Kaisar Guangxu, Dinasti Qing. Dia adalah anak ketiga dari empat bersaudara yang dilahirkan dari pasangan Ip Oi dan Ng Shui. Abang dan kakaknya bernama Ip Kai Gak dan Ip Wan Hum. Ip Man tumbuh dalam keluarga kaya dan menerima pendidikan dengan standar tinggi.

7. Li Shu Wen 李書文

 
Li Shu Wen adalah salah seorang legenda dalam dunia bela diri China, ahli dalam Ba Ji Chuan (八极拳) atau Kungfu 8 Mata Angin (Hakkyokuken).

(dia ini kurang suka difoto apa gimana gitu ampe dokumentasinya mukanya kurang jelas)

Li Shu Wen dilahirkan di desa Zhang Sha, dia adalah penduduk asli kabupaten Cang propinsi Hebei yang terkenal sebagai tanah kelahiran aliran Kung Fu yang terkenal di penjuru RRC baik secara geografis maupun sejarah.

Pada masa kanak-kanak, Li Shu Wen dijual ke sekelompok opera (semacam ketoprak China) untuk belajar menjadi Wu Sheng (karakter pendekar lelaki dalam opera China) karena kemiskinan. Kakinya sempat cidera dan karena hal ini dia dipulangkan. Tersebutlah seorang Jin Dian Sheng yang selain seorang guru Ba Ji Quan, juga merupakan ahli pengobatan, maka Li berguru padanya. Hingga akhir hayatnya, dia membenci orang yang sering siul-siul lagu lagu dair opera China. Bahkan murid-muridnya tidak berani bernyanyi atau bersiul lagu-lagu dari opera bila dia ada, karena mereka pasti akan dihukumnya. Walau begitu, kalau moodnya lagi bagus, dia akan memperagakan keahlian Wu Shengnya seperti berakrobat menggunakan kursi dan lainnya. Derita di masa kecilnya ini akan mempengaruhi karakternya di masa dewasanya sekaligus membentuk karakter yang sangat khas bagi pembentukan ilmu Ba Ji quannya.
Li pertama kali mempelajari beladiri dari Jian Dian Sheng (1785 - ???) dari desa Meng. Kemudian dia mengembara ke desa Luo dan belajar dari Huang Si Hai disana.

Li lebih dari seorang murid biasa. Kemampuan pembelajaran beladirinya bisa dibilang sangat tinggi. Hal ini bisa dibuktikan dari fakta bahwa dia tidak pernah terkalahkan dalam semua duel seumur hidupnya. Ilmu tombaknya sangat dahsyat hingga dia dikenal sebagai "Li sang Dewa Tombak". Berkat ketekunan, bakat dan kemampuannya mengasah kekuatan, Li hampir tidak pernah menyerang lawannya lebih dari sekali. Salah satu kalimatnya yang paling terkenal adalah "Aku tidak tahu rasanya menlayangkan pukulan kedua". Karena rata-rata musuhnya sudah kalah atau bahkan tewas setelah terkena serangan pertamanya. Dia bahkan menarik perhatian begitu banyak murid dan tak heran, sejumlah ahli bela diri yang sudah termasuk pendekar papan ataspun berguru padanya.
Fisik Li Shu Wen tergolong biasa saja, tetapi semangat dan penampilannya sangat mengesankan. Ketika jenderal Xu Lan Shou dari Dong Bei menjadi murinya, banyak jenderal dan prajurit yang lantas juga ikut berguru padanya. Ketika Li Jing Lin sedang berdinas di He Bei, dia mengundang Li Shu Wen untuk melatih di daerah Tian Jin. Pada saat yang sama Li Jing Lin juga mengundang dua ahli bela diri lain untuk mengajar di kediamannya. Li Shu Wen malah menganggap kedua ahli bela diri tersebut tidak cakap untuk mengajar bela diri, dan tidak akan cocok bila harus mengajar sesuai level pengajaran Li Shu Wen. Beberapa kali Li sempat menantang mereka tanpa sempat digubris. Suatu hari Li Jing Lin menggelar sebuah jamuan makan dan ketiga pengajarnya diminta untuk saling "bertukar jurus" (demonstrasi latih tanding) satu sama lain setelah makan malam usai. Li Shu Wen pertama kali memperagakan jurus Pai Zhang dari Ba Ji Quan, dan mengatakan bahwa dia hanya perlu menyerang lawan dengan satu jurus ini saja. Ketika pertarungan dimulai, Li segera menyarangkan sebuah serangan dengan telapak tangannya ke wajah lawan. Bukan hanya patah leher, lawannya langsung tewas dengan kedua bola mata keluar dari lubangnya. Ketika lawan keduanya muncul, Li tetap menggunakan Pai Zhang. Lawannya mengelak dan menggeser kepalanya ke samping, tetapi telapak tangan Li menghantam bahunya, mematahkan tulang selangka dan membuat tangannya terlepas dari bahu. Li Jing Lin jelas sangat tidak senang melihat kedua pelatihnya tewas dan terluka akibat perbuatan Li Shu Wen, dan mulai membencinya. Keduanya menjadi tidak akur dan setelah beberapa tahun, Li dipulangkan ke kabupaten Cang.

Murid terakhir sekaligus murid kesayangan Li adalah Liu Yun Chiao, juga merupakan muridnya yang paling terkenal. Kakek Liu adalah seorang Gubernur di Hebei. Ketika Liu masih kecil, dia lemah dan sering jatuh sakit. Ayahnya menyewa ahli beladiri untuk mengajari Liu kecil beladiri sekaligus agar tubuhnya menjadi kuat dan tidak mudah sakit. Guru terakhirnya adalah Li Shu Wen yang disewa ayahnya untuk tinggal dirumah dinasnya sehingga bisa mengajari Liu setiap hari. Setelah berlatih bersama 10 tahun lamanya, mereka mengembara keliling China (waktu itu belum Republik, masih kekaisaran) untuk mencari pengalaman lewat sejumlah latih-tanding. Liu sendiri pada akhirnya menjadi guru Ba Ji Chuan yang legendaris, seorang Grand Master.

Li Shu Wen bukanlah orang yang ramah. Dia pendiam, selalu menerima tantangan duel, dan bahkan tak segan-segan untuk mengatakan bahwa serangannya akan berakibat kematian, dan umumnya, lawannya pasti tewas di tangannya. Bahkan di akhir hidupnya sekalipun. Li ditantang oleh seorang pednekar tombak yang jauh lebih muda darinya, walaupun sudah berumur lebih dari 70 tahun, Li tetap menerima tantangannya dan menewaskan pendekar muda tadi. Keluarga pendekar muda tersebut marah dan berencana membunuh Li. Di suatu warung, ketika mampir minum dari perjalanan pulang ke kampung halaman dari ibukota, seseorang yang mengaku pengagumnya menawarinya minum teh yang terbilang sangat mahal, Li menerimanya tanpa sadar bahwa teh itu diracun. Nyawa Li tak tertolong lagi, ketika dokter tiba, Li sudah meninggal dalam posisi duduk bersila. Akhir hidup yang mengenaskan bagi seorang pendekar hebat. Walau begitu, Li sudah berkali-kali mengingatkan pada muridnya bahwa dia tahu bila banyak yang mendendam kepadanya dan tidak heran bila ada yang ingin membunuhnya. Di sisi lain, Li juga dikenal sebagai orang yang berdedikasi tinggi pada ilmunya. Setiap ada kesempatan, dia pasti melatih ilmu tombak yang merupakan favoritnya. Bahkan dalam pengajaran alirannya, hingga hari ini hal ini masih menjadi latihan rutin yang terbilang tidak biasa dalam pengajaran beladiri China pada umumnya..

Guru yang hebat akan menghasilkan murid yang hebat pula. Banyak murid-murdinya yang merupakan orang terkenal dalam sejarah beladiri. 4 muridnya dari desa Luo Tong adalah Han Hua Chen, Ma Ying Tu, Ma Fong Tzu dan Zhou Shu De. Mereka memperkenalkan bentuk paten Ba Ji Quan ke Central Martial Academy (Wisma Ilmu Negara) di Nanjing, sebuah organisasi yang memodernisasi teknik dan pembelajaran beladiri di China di awal masa kebangkitan Republik Rakyat China.

Liu Yun Qiao, murid terakhir Li Shu Wen, di manga Kenji versi Indonesia
ditulis sebagai Liu Gek Kyu.

Murid-murid lainnya diantaranya adalah Panglima Li Jin Lin (aahli pedang), Ren Guo Dong, Zhang Xiang Wu, Na Yu Kuen, Liu Hu Chen dan Liu Xu Dong. Murid pertama Li, Huo Dian Ge, menjadi bodyguard dan guru Fu Yi (Pu I), Kaisar China terakhir. Beberapa muridnya juga menjadi bodyguard Chiang Kai Shek, dan Mao Tse Dong. Jadi biarpun para politikus ini saling berbeda pendapat dan saling membenci, mereka saling mengerti bahayanya berkonforntasi langsung, dikarenakan para bodyguard mereka berasal dari satu perguruan dan tak akan mau saling hajar.

Kisah Li Shu Wen ini sempat diabadikan dalam satu tankoubun (episode) 21manga "Kenji" karya Ryuchi Matsuda dan Yoshihide Fujiwara, diawal 90an sempat beredar di Indonesia, diterbitkan oleh Elex Media Komputindo. Dalam terjemahan Indonesia, namanya dibaca Li Syo Bun. Dan Ryuchi Matsuda ini adalah salah satu ahli Ba Ji Quan aliran Li, dan kisah Kenji merupakan dramatisasi perjalanan hidupnya mempelajari dan meneliti ilmu bela diri ini.

"Bagi para menteri, Ba Ji Quan digunakan untuk mengatur negeri.
Bagi para jenderal, Ba Ji Quan digunakan untuk mempertahankan negeri."
"Jangan takut kepada orang yang mempunyai banyak jurus, tetapi waspadalah kepada orang yang mempelajari satu jurus dan melatihnya terus menerus" - Li Shu Wen, diajarkan kepada Liu Yun Qiao.

0 komentar:

Posting Komentar