Batik bukanlah sekadar kain, melainkan memiliki makna yang lebih dalam, sebagai bagian sejarah dan kepribadian bangsa Indonesia. Alasan itu jugalah yang mendasari dihelatnya World Batik Summit (WBS) 2011, yang sekaligus memperingati hari Batik Nasional setiap tanggal 2 Oktober.
Pelaksanaan WBS ini sebenarnya akan berlangsung tahun lalu, sebagai bentuk peringatan satu tahun hari Batik Nasional, yang dicanangkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2 Oktober 2009,berkenaan dengan pengakuan UNESCO di Abu Dhabi terhadap batik sebagai warisan budaya tak benda Indonesia.
WBS diselenggarakan dalam rangka memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan evaluasi mengenai teknik produksi, ide-ide praktis, dan metode pemasaran batik, demi meningkatkan pendapatan perajin batik dan pembahasan secara komprehensif mengenai peranan batik sebagai daya tarik wisata.Selain itu,kegiatan tersebut juga dirancang menjadi ikon Indonesia sebagai “rumah batik”. Alasan itu juga yang membuat WBS 2011 mengambil tema “Indonesia : Global Home of Batik”.
“Jadi, seluruh dunia boleh mempunyai batiknya sendiri, tetapi Indonesialah Global Home of Batik,” kata Ny Widodo, Wakil Ketua Yayasan Batik Indonesia, dalam konferensi pers di Museum Tekstil,Jakarta,beberapa waktu lalu. WBS 2011 merupakan prakarsa Yayasan Batik Indonesia bekerja sama dengan kementerian terkait,di antaranya Kementerian Perdagangan, Perindustrian, Usaha Kecil dan Menengah; Kebudayaan dan Pariwisata; Pendidikan Nasional; serta badan usaha milik negara.
“World Batik Summit diharapkan dapat membangun antusiasme batik secara internasional dan mendukung praktisi juga penggemar batik seluruh dunia sehingga dapat membangun ikatan yang kuat, di antara negara-negara penghasil batik dengan penggemarnya,” papar Dipo Alam, salah satu pendiri Yayasan Batik Indonesia beberapa waktu lalu. Dalam acara persiapan penyelenggaraan WBS di JCC, Staf Ahli Kementerian Perindustrian Fauzi Aziz mengatakan, Indonesia tidak boleh terlena dengan pengakuan UNESCO terhadap batik.
“Malah, kita seharusnya menjadikan itu sebagai pemacu. Karena dari sisi budaya, masyarakat batik memikul tanggung jawab untuk menggali nilai budaya batik yang berdimensi ragam hias, masalah pendidikan, dan kepedulian terhadap perajin, pengusaha, juga pengguna batik,”urainya. Selain itu, pemerintah juga harus ikut ambil bagian secara eksplisit dan tidak hanya mendukung di belakang.
“Diperlukan adanya kebijakan pemerintah yang secara eksplisit mengatur tanggung jawab pemerintah dan masyarakat batik, berikut peta jalannya,” lanjutnya. Dengan demikian, WBS 2011dapat menjadi kendaraan yang penting untuk membawa industri batik Indonesia menuju satu atau bahkan dua langkah maju.
Terutama dengan adanya agenda-agenda penting, seperti halnya World Batik Conference dan World Batik Exhibition yang diikuti sekitar 1.000 delegasi nasional dan internasional, meliputi pakar fashion, praktisi, akademisi, ahli pemasaran, dan penggemar batik dari dalam dan luar negeri. WBS 2011 juga akan menjadi platform bagi desainer Tanah Air untuk unjuk diri dan kreasi, layaknya Ramli, Sebastian Gunawan, Anne Avantie, Carmanita, Mardiana Ika, Bi Batik, Chossy Latu, dan Parang Kencana.
Beberapa desainer asing juga ikut berpartisipasi, di antaranya Deanoor asal Malaysia, Kouru dari Jepang, Saksit asal Thailand, Tarum dari India,serta Lu Kun asal Shanghai, China. Para desainer tersebut akan menampilkan koleksi di malam Gala Dinner yang dimeriahkan dengan pertunjukan tradisional Indonesia, termasuk angklung, tari topeng cirebon, bedaya, tari jaipong, operet batik,dan penghargaan khusus bagi almarhum Iwan Tirta.
Pelaksanaan WBS ini sebenarnya akan berlangsung tahun lalu, sebagai bentuk peringatan satu tahun hari Batik Nasional, yang dicanangkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2 Oktober 2009,berkenaan dengan pengakuan UNESCO di Abu Dhabi terhadap batik sebagai warisan budaya tak benda Indonesia.
WBS diselenggarakan dalam rangka memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan evaluasi mengenai teknik produksi, ide-ide praktis, dan metode pemasaran batik, demi meningkatkan pendapatan perajin batik dan pembahasan secara komprehensif mengenai peranan batik sebagai daya tarik wisata.Selain itu,kegiatan tersebut juga dirancang menjadi ikon Indonesia sebagai “rumah batik”. Alasan itu juga yang membuat WBS 2011 mengambil tema “Indonesia : Global Home of Batik”.
“Jadi, seluruh dunia boleh mempunyai batiknya sendiri, tetapi Indonesialah Global Home of Batik,” kata Ny Widodo, Wakil Ketua Yayasan Batik Indonesia, dalam konferensi pers di Museum Tekstil,Jakarta,beberapa waktu lalu. WBS 2011 merupakan prakarsa Yayasan Batik Indonesia bekerja sama dengan kementerian terkait,di antaranya Kementerian Perdagangan, Perindustrian, Usaha Kecil dan Menengah; Kebudayaan dan Pariwisata; Pendidikan Nasional; serta badan usaha milik negara.
“World Batik Summit diharapkan dapat membangun antusiasme batik secara internasional dan mendukung praktisi juga penggemar batik seluruh dunia sehingga dapat membangun ikatan yang kuat, di antara negara-negara penghasil batik dengan penggemarnya,” papar Dipo Alam, salah satu pendiri Yayasan Batik Indonesia beberapa waktu lalu. Dalam acara persiapan penyelenggaraan WBS di JCC, Staf Ahli Kementerian Perindustrian Fauzi Aziz mengatakan, Indonesia tidak boleh terlena dengan pengakuan UNESCO terhadap batik.
“Malah, kita seharusnya menjadikan itu sebagai pemacu. Karena dari sisi budaya, masyarakat batik memikul tanggung jawab untuk menggali nilai budaya batik yang berdimensi ragam hias, masalah pendidikan, dan kepedulian terhadap perajin, pengusaha, juga pengguna batik,”urainya. Selain itu, pemerintah juga harus ikut ambil bagian secara eksplisit dan tidak hanya mendukung di belakang.
“Diperlukan adanya kebijakan pemerintah yang secara eksplisit mengatur tanggung jawab pemerintah dan masyarakat batik, berikut peta jalannya,” lanjutnya. Dengan demikian, WBS 2011dapat menjadi kendaraan yang penting untuk membawa industri batik Indonesia menuju satu atau bahkan dua langkah maju.
Terutama dengan adanya agenda-agenda penting, seperti halnya World Batik Conference dan World Batik Exhibition yang diikuti sekitar 1.000 delegasi nasional dan internasional, meliputi pakar fashion, praktisi, akademisi, ahli pemasaran, dan penggemar batik dari dalam dan luar negeri. WBS 2011 juga akan menjadi platform bagi desainer Tanah Air untuk unjuk diri dan kreasi, layaknya Ramli, Sebastian Gunawan, Anne Avantie, Carmanita, Mardiana Ika, Bi Batik, Chossy Latu, dan Parang Kencana.
Beberapa desainer asing juga ikut berpartisipasi, di antaranya Deanoor asal Malaysia, Kouru dari Jepang, Saksit asal Thailand, Tarum dari India,serta Lu Kun asal Shanghai, China. Para desainer tersebut akan menampilkan koleksi di malam Gala Dinner yang dimeriahkan dengan pertunjukan tradisional Indonesia, termasuk angklung, tari topeng cirebon, bedaya, tari jaipong, operet batik,dan penghargaan khusus bagi almarhum Iwan Tirta.
0 komentar:
Posting Komentar